Ruang Lingkup IPS

Ruang Lingkup IPS


Ruang Lingkup IPS


PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN
TUJUAN IPS

 A.   Pengantar

Uraian materi pada  bab ini akan membahas tentang pengertian, ruang lingkup, dan tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Penguasaan terhadap konsep utama IPS pada bab ini, akan menjadi modal bagi mahasiswa-mahasiswi untuk mempelajari bab-bab selanjutnya. Setelah mempelajari bab ini, Mahasiswa-mahasiswi diharapkan mampu memahami konsep IPS secara utuh, dan secara lebih spesifik diakhir perkuliahan mahasiswa-mahasiswi diharapkan dapat:1) menjelaskan pengertian IPS, 2) menjelaskan ruang lingkup kajian IPS, dan 3) menjelaskan tujuan IPS.

B.   Uraian Materi
Uraian materi pada bab ini diawali dengan membahas pengertian IPS yang dikaji sebagai satu disiplin keilmuan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi.

1. Pengertian IPS
Istilah IPS merupakan terjemahan dari istilah social studies. Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, dapat dilakukan dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS

Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli social studies atau ahli IPS dan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang pengertian dua istilah tersebut, maka penting untuk dikemukakan pendapat beberapa ahli berikut ini.

a.       Edgar B Wesley menyatakan bahwa: social studies are the social sciences simplified for paedagogieal purposes in school. The social studies consistof geografy history, economic, sociology, civics and various combination of these subjects.
b.      John Jarolimek mengemukakan bahwa: The social studies as a part of elementary school curriculum draw subject-matter content from the social science, history, sociology, political science, social psychology, philosophy, antropology, and economic. The social studies have been defined as “ those portion of the social science... selected for instructional purposes”

Demikian beberapa pengertian social studies yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh beberapa tokoh pendidikan terkenal. Selanjutnya pengembangan IPS di Indonesia banyak mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dkembangkan di Amerika Serikat tersebut. Adapun menyangkut tujuan, materi dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas, gejala, dan problem sosial yang menjadi kajian IPS tidak sama dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan pengembangan social studies atau IPS yang berbeda, dengan ke-khasan masing-masing.

Adapun pengertian IPS di Indonesia dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di antaranya:

a.       Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
b.      IPS menurut Nu’man Somantri mempunyai arti  sebagai pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD,SLTP dan SLTA.Penyederhanaan,mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di Universitas, menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir para siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial  dan kehidupan masyarakat, sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
c.       Adapun S. Nasution, mendefinisikan IPS dengan: IPS adalah pelajaran yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial. Lebih lanjut dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubngan dengan peranan manusia di dalam asyarakat  yang erdiri atas berbagai subjek: sejarah, ekonmi, geografi, sosiologi, antropologi pemerintahan dan psikologi sosial.
d.      Lebih Luas Tim IKIP Surabaya mengemukakan  bahwa IPS adalah suatu bidang study yang menghormati, mempelajari, mengolah dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan memperoleh pemecahannya. Penyajian harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, di sederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah.
Dengan demikian, IPS bukan Ilmu sosial, pembelajaran  IPS yang dilaksanakan, baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak  menekankan pada aspek teoritis keilmuaannya, melainkan lebih ditekankan pada aspek  praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial masyarakat, yang tentu bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing.

Adapun Lingkup kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat  dilakukan dalam lingkungan yang terbatas yaitu lingkungan sekitar siswa   maupun dalam lingkungan yang luas yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian para siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan diekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.

Bertolak dari uraian di atas, maka kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

2. Ruang Lingkup Kajian IPS.

Secara mendasar , pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materinya, budayanya, kejiwaannya, pemamfaatan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya mempelajari, menelaah-mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya, maka pengajaran IPS di tiap jenjang pendidikan harus dibuat batasan-batasan sesuai dengan kemampuan peserta didik pada tingkat masing-masing jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah, dan juga dengan jenjang pendidikan tinggi.

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.

Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian semakin diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi, bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan inter-disipliner atau multi-disipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan, karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, maka ruang lingkup kajian IPS meliputi:
         a. Substansi materi Ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat (aspek teoritis).
         b. Gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat (aspek praktis).

Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu, karena pengajaran IPS tidak hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik, melainkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya.

3.Tujuan IPS
          Sama  halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang  lebih tinggi. Secara hirarki,  Tujuan Pendidikan Nasional pada tataran oprasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini, secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran. Pada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS. Akhirnya tujuan kurikuler ini, secara praktis oprasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran

          Dalam sub bahasan ini, dibatasi pada uraian tujuan kurikuler bidang studi IPS.Tujuan kurikuler  IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi:

      a. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat.
b. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
      c. Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.   
      d.Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupannya yang tidak terpisahkan.
      e. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembagan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi.

            Dari lima tujuan di atas, terdapat ditemukan tujuan kunci yakni menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab bermakna pesetta didik tahu kewajiban dan tahu haknya. Orang yang tahu kewajiban cenderung akan melakykakn kewajiban terlebih dahulu baru meminta haknya. Demikian juga orang yang tahu haknya tidak akan mengambil hak orang lain yang bukan haknya. Oleh karena itu seorang guru hatus mampu mengarahkan pembelajaran IPS dalam rangka pencapaian tujuan IPS yakni peserta diidk yang bertanggung jawab. Hal ini yang harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS di berbagai lembaga pendidikan. Tentu dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.

D.  Rangkuman
IPS adalah fusi atau perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial (sejarah, geokrafi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik dan psikologi sosial) yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi.
          
Adapun ruang lingkup kajian IPS meliputi:  a) substansi materi Ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat yang bersifat teoritis, dan b) gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat yang bersifat praktis.  Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu, karena hakekat pembelajaran IPS tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis. Dalam upaya  mencapai tujuan pembelajaran IPS untuk membekali peserta didik: a) yang memiliki pengetahuan sosial, b) mampu mengidentifikasi, menganalisa dan mencari alternatif pemecahan masalah-masalah sosial dalam masyarakat, c) mampu berkomunikasi dalam masyarakat, d) memiliki kesadaran, keterampilan dan sikap mental yang positif dalam bermasyarakat, serta e) mampu mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai perkembangan masyarakat dan IPTEK, yang kelima tujuan ini bermuara pada terciptanya peserta didik yang bertanggung jawab dalam makna yang lebih luas yakni tahu kewajiban dan tahu haknya.

Read More
Pusisi Sederhana "Yang Terbaik"

Pusisi Sederhana "Yang Terbaik"

Pusisi Sederhana "Yang Terbaik"

YANG TERBAIK
Jalan ini masih panjang
Saat harus dimulai lagi
Saat tak ada waktu untuk diam
Bergeraklah !

Kekosongan  tiada guna
Kemalasan  yang menimpa
Putaran waktu terus berjalan
Bangkitlah kawan !

Ada titik terang didepan sana
Ada suka duka telah menanti
Yang akan dihadapi
 Dengan penuh percarya diri

Kita dituntut untuk berusaha
Tak lupa meminta kepada sang kuasa
Janganlah berfikir menjadi yang terbaik

Namun, Lakukanlah yang terbaik !
Read More
Cerpen Tentang Semua Karnamu Ayah

Cerpen Tentang Semua Karnamu Ayah

Cerpen Tentang Semua Karnamu Ayah

SEMUA KARNAMU “AYAH”

          Aku tak pernah membayangkan akan bisa kuliah di perguruan tinggi. Hal itu mengingat akan pekerjaan orangtuaku sebagai tukang kayu. Pekerjaan tukang kayu sekarang sudah tidak menjanjikan, karena kayu-kayu untuk kerangka atap rumah sekarang sudah banyak digantikan oleh baja. Lagi pula penghasilannya hanya cukup untuk makan, Sedangkan Ibuku hanya sibuk mengurus rumah tangga. Hal itu sempat membuatku patah semangat untuk mengenyam bangku perkuliahan. Tapi, Ayah jugalah yang membangkitkan semangatku untuk semua itu. Karena ia melihat kalau anaknya ini masih memerlukan pendidikan.

“Dino, sekarang kamu sudah tamat SMA nak, apa langkah kamu selanjutnya untuk kedepan?” tanya Ayah dengan serius sewaktu kami sekeluarga sedang berkumpul bersama. “entahlah Ayah, saya sendiri juga bingung. Jalan mana yang mesti saya tempuh” jawabku dengan nada yang putus asa.
“apakah kamu berminat untuk kuliah?”
“minat!! Tapi…”
“kalau kamu minat akan Ayah usahakan” jawab Ayah dengan cepat menyambar jawabanku.
“yang benar Ayah?”
“ya, supaya kamu tidak mengikuti jejak Ayah” jawab Ayah dengan menyakinkan.

Karena mendengar hal itulah semangatku untuk kuliah menjadi berapi-api. Hingga aku bisa kuliah perguruan tinggi swasta di Lubuk Alung Sumatra Barat. Untuk menghemat biaya, aku lebih memilih untuk mengontrak di salah satu rumah di sekitar tempatku kuliah. Kebetulan, saat itu ada kontrakan rumah yang super murah hanya Rp. 500.000 per tahun. Dalam satu kamar itu dihuni oleh tiga orang temanku yang juga merupakan mahasiswa di perguruan tinggi yang sama.

Hari itu merupakan hari pertamaku kuliah di kampus tersebut. Dalam perjalanan ke kampus terselip tanya-tanya. Apakah aku sanggup bersaing dengan teman-temanku yang lain? Tapi pertanyaan itu lenyap seketika, mungkin karena langkah-langkah yang tak sabar mengenyam bangku perkuliahan. Sesampainya di ruang perkuliahan, aku disambut dengan jejeran bangku-bangku yang tersusun rapi dan teman-teman yang datang lebih duluan. Di pojok kiri paling belakang menjadi tujuan tempat duduk. Seiring pinggul terhenyak, masuk seorang lelaki tua kurus mengenakan kupiah dan kacamata.
“oh rupanya begini tampilan seorang dosen itu” pikirku dalam hati. Karena semenjak SMA aku membayangkan kalau dosen itu masuk ke ruangan mengenakan jas.

Hari pertama kuliah tidak langsung masuk ke pembelajaran. Kegiatan hari pertama waktu itu hanya diisi dengan penyampaian materi-materi yang akan diajarkan dalam satu semester serta pengenalan diri masing-masing ke depan. Perkuliahan hari itu tak berlangsung lama. Paling lama satu jam kami sudah ke luar.

Untuk sampai ke kontrakan, aku memilih untuk berjalan kaki. Kebetulan saat itu ada juga sekelompok teman yang perempuan pulang bareng. Ku putuskan untuk bergabung dengannya.
“hei!! Kita satu lokal tadi kan? Tanyaku.

“iya, namanya siapa tadi?” Ia menjulurkan tangannya untuk bersalaman, tanpa pikir panjang langsung saja ku jabat tangan mereka satu persatu sambil ku sebutkan namaku.
Di perjalanan kami berbicara banyak, mulai dari kampung mereka sampai ke masa-masa SMA mereka. Pembicaraan kami diiringi oleh hiruk pikuknya jalanan yang didominasi oleh mobil-mobil yang berlalu lalang.

Seminggu telah berlalu. Sebagian besar dosen ada yang telah masuk ke materi perkuliahan. Pertama awal pembelajaran kami sudah dihadiahi oleh dosen serentetan tugas. Untuk meringankan tugas-tugas dari dosen, kami membentuk kelompok belajar yang beranggota terdiri dari 7 orang. Setiap tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, selalu kami kerjakan bersama.

Mendekati akhir semester. Kuliahku makin sibuk, tugas tambah banyak. Sebal, gerakku terbatas tanpa motor. Gemas, buku di perpustakaan di tempatku tak begitu lengkap. Hampir saja semangat kuliahku hilang waktu itu. Tapi, kata-kata Ayah masih terngiang di telinga. Ia mengatakan kalau kuliahku ini tidak boleh putus di tengah jalan. Kami dari kelompok belajar menyimpulkan apa-apa saja yang tidak kami pahami, dan kami bahas bersama dengan bahan yang dibekali dari internet dan ada juga dari buku seadanya di pustaka. Selain belajar berkelompok, aku juga belajar penuh di kontrakan, karena minggu depan kami semua UAS. Aku tak ingin mengecewakan Ayah dengan memperlihatkan nilai yang rendah padanya.

Seiring berjalannya waktu, hari UAS pun datang dengan begitu cepatnya. Ku curahkan semua isi otak yang telah ku isi selama ini. Dan Alhamdulillah, hasilnya cukup memuaskan. Nilai itu langsung ku bawa ke kampung untuk ku perlihatkan kepada kedua orangtua. Betapa senangnya Ayah melihat nilaiku. Ia merasa jerih payahnya selama ini untuk menguliahkanku tidak sia-sia. Berkali-kali aku dipeluknya. Nilai semester satuku itu menjadi kado termanis untuk ulang tahun pernikahan kedua orangtuaku.

Tiga setengah tahun berlalu. Semester demi semester ku lalui sekarang tibalah pada tugasku yang terakhir, yaitu menyusun sebuah skripsi demi memperoleh ijazah S1. Ku tumpahkan segenap kemampuan yang ku punya. Dan hasilnya cukup memuaskan pembimbing, walaupun skripsi itu sudah berulang-ulang kali disuruh oleh pembimbing untuk mengulangnya. Gambaran untuk wisuda sudah ada di depan mata. Itulah saat yang paling ku dambakan. Saat itu adalah saat ku mengganti jerih payah yang orangtuaku untuk menjadikan aku orang yang penuh dengan pendidikan.

Tepat pada hari saat ku wisuda, terlihat Ayah dan Ibu berjalan dengan ukiran senyuman yang terpancar di mukanya. Air matanya sempat menetes ketika melihat anaknya mengenakan pakaian wisuda dan toga yang menutupi kepala. Ku cium tangan kedua orangtuaku, sebagai tanda untuk menyambut kedatangannya.
Read More
Makalah Tentang Budi Pekerti Dalam Pergaulan Masyarakat

Makalah Tentang Budi Pekerti Dalam Pergaulan Masyarakat


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

        Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar ataupun melihat istilah budi pekerti, namun pengertian ini hanya kita dapatkan di tempat-tempat tertentu dan salah satunya di lembaga pendidikan. Padahal budi pekerti ini sangatlah berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam individu maupun masyarakat. Budi pekerti sendiri merupakan sebuah nilai yang akan mendasari seluruh perilaku kita dari segi etika, norma, dan tatakrama seseorang. Semua nilai-nilai tersebut akan bernilai baik jika lahir dari budi pekerti yang telah dibina secara baik pula, sehingga nantinya akan menghasilkan perilaku yang baik pula.

         Budi pekerti di zaman sekarang kini sudah mulai terabaikan. Banyak perilaku orang yang kurang menghargai orang tua, kurang menjaga tutur kata kesopanan dalam berbicara, dan tak sedikit pula mereka melaukan perilaku menyimpang yang meresahkan kenyamanan masyarakat. Disini budi pekerti sudah kurang diperhatikan. Padahal budi pekerti mempunyai nilai yang bernilai tinggi.

         Tahulah kita sekarang betapa pentingnya memiliki budi pekerti yang luhur. Makalah ini yang berjudul “Budi Pekerti Dalam Pergaulan Masyarakat” , karena dalam makalah ini akan disajikan tentang pengertian budi pekerti itu sendiri, peran budi pekerti bagi masyarakat, serta penanaman budi pekerti yang baik beserta contohnya.

1.2  Rumusan Masalah

a.    Apa Pengertian budi pekerti itu sendiri ?
b.    Apa peran budi pekerti bagi masyarakat ?
c.    Dan bagaimana cara penanaman budi pekerti yang baik ?

1.3 Tujuan Masalah

a.    Untuk mengetahui pengertian budi pekerti
b.    Untuk mengetahui peran dan fungsi dalam masyarakat
c.    Untuk mengetahui bagaimana menanam perilaku budi pekerti yang baik

1.4 Batasan Masalah
Agar tidak terlalu luas dalam pembahasan masalah, maka dari itu penulis perlu membatasi permasalahan yang dibahas dalam makalah ini. Supaya tidak keluar dari topik atau permasalahan yang dibahas dalam makalah yang kami susun.
  

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budi Pekerti

 Secara umum budi pekerti mempunyai arti yaitu moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan dan dalam kamus besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, akhlak, dan watak. Dengan definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa pikiran dan perbuatan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Jika pikirannya baik, maka perbuatan yang akan dihasilkan pun akan baik pula.

Menurut Aristoteles etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.

Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskan tentang pembahasan etika, sebagai berikut :

1.      Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
2.      Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.

Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

1.      Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak.
2.      Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia.
3.      Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral seba¬gai individual.
4.      Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)
5.      Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

2.1 Peran Budi Pekerti Bagi Masyarakat

             Setiap masyarakat mengenal nilai-nilai dan norma-norma etis. Dalam masyarakat yang homogen dan agak tertutup (masyarakat tradisional), nilai-nilai dan norma-norma itu pasti tidak pernah di persoalkan. Dengan keadaan seperti itu otomatis orang menerima nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Setiap orang dalam masyarakat itu tidak berfikir lebih jauh (K. BERTENS, ETIKA, 2007, hal 16).

Pendidikan budi pekerti bagi masyarakat sangat penting karena akan menjadikan sebuah teladan, cerminan, ataupun memberi contoh yang baik bagi setiap individu maupun kelompok dalam bermasyarakat. Setiap masyarakat harus mengenal nilai-nilai dan norma-norma yang pantas, yaitu mengenai moral. Kecerdasan moral terbangun dari tujuh kebajikan utama, yaitu empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan, yang membantu manusia menghadapi tantangan dan tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupanya kelak. Kebajikan- kebajikan utama tersebutlah yang akan melindunginya  agar tetap berada di jalan yang benar dan membantunya agar selalu bermoral dalam bertindak. Semua itu dapat diajarkan, dicontohkan, disadarkan, serta didorong sehingga dapat dicapai manusia.

Berikut adalah tujuh kebajikan utama yang akan menjaga sikap baik seumur hidup pada manusia.

1.      Empati, merupakan inti emosi moral yang membantu manusia memahami perasaan orang lain. Kebajikan ini membuat manusia menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong orang yang kesusahan ataupun kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan orang dengan kasih sayang. Emosi moral yang kuat mendorong manusia bertindak benar karena kita bisa melihat kesusahan orang lain sehingga mencegahnya melakukan tindakan yang dapat melukai orang lain.

2.      Hati Nurani, adalah suara hati yang membantu manusia memilih jalan yang benar daripada jalan yang salah serta tetap berada di jalur yang benar  daripada di jalur yang salah serta berada di jalur yang bermoral; sehingga membuat dirinya merasa bersalah ketika menyimpang dari jalan yang benar itu. Kebajikan ini membentengi manusia dari pengaruh buruk dan membuatnya mampu bertindak benar meski tergoda untuk melakukan hal yang sebaliknya. Kebajikan ini merupakan pondasi bagi perkembangan sifat jujur, tanggung jawab, dan integritas diri yang tinggi.


3.      Kontrol Diri, membantu manusia menahan dorongan dari dalam dirinya dan selalu berfikir sebelum bertindak, sehingga ia melakukan hal yang benar, dan kecil kemungkinan mengambil tindakan yang akan menimbulkan akibat buruk. Kebajikan ini membuat manusia menjadi mandiri karena ia tahu bahwa dirinya bisa mengendalikan tindakanya sendiri. Sifat ini membangkitkan sikap murah dan baik hati kepada sesama karena kita mampu menyingkirkan keinginan untuk memuaskan diri kita sendiri serta merangsang kesadaran kita untung mempentingkan keperluan orang lain terlebih dahulu.

4.      Rasa Hormat, mendorong manusia bersikap baik dan menghormati orang lain. Kebajikan ini mengarahkan manusia memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, sehingga mencegah kita bersikap kasar,  tidak adil, dan bersikap memusuhi. Jika manusia terbiasa bersikap hormat pada orang lain, ia akan memperhatikan hak-hak dan perasaan orang lain; akibatnya ia akan bisa menghormati dirinya sendiri.


5.      Kebaikan Hati, membantu manusia mampu menunjukkan kepedulianya terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain. Dengan mengembangkan kebajikan ini, manusia lebih mempunyai belas kasihan dan tidak terlalu memikirkan diri sendiri, serta menyadari perbuatan baik adalah tindakan yang benar. kebaikan hati menjadikan manusia lebih peduli ke sesama karena ia akan mempunyai rasa memikirkan kebutuhan orang lain, kepedulian, memberi bantuan kepada yang memerlukan serta melindungi mereka yang kesulitan atau kesakitan.

6.      Toleransi, mampu membuat manusia menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain, membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan baru, dan menghargai orang lain tanpa membeda-bedakan kemampuan dan kepercayaan. Kebajikan ini membuat manusia memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai orang-orang berdasarkan karakter masing-masing.


7.      Keadilan, menuntun manusia agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak, dan adil, sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan berbagi, serta mendengar semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian apapun. Karena kebajikan ini meningkatkan kepekaan moral manusia , ia pun akan terdorong untuk membela pihak yang diperlakukan secara tidak adil dan menuntut agar semua orang diperlakukan setara.


Jadi moral itu penting untuk kita bermasyarakat, karena moral kitalah yang akan menentukan kita bisa menjadi manusia yang bisa memberi sebuah teladan yang baik atau tidak, tentunya dalam hal yang bermanfaat. Sebagaimana kita hidup di dalam masyarakat tentunya kita mengharapakan adanya hal-hal positif yang terjadi untuk merubah gaya hidup atau pola hidup kita di masyarakat. Melihat pada hal itu moral kita haruslah berbeda dengan orang lain agar kita bisa menjadi contoh yang baik di dalam lingkungan kita berada, sehingga masyarakat bisa kita pengaruhi dengan moral baik kita, dan menjadikan orang lain menjadi lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Dan tentunya menjadi sebuah teladan yang memberi contoh baik dalam bermasyarakat.

Diatas adalah sedikit contoh peranan budi pekerti bagi masyarakat yang nantinya bisa merubah tingkah laku, cara berbicara, belajar saling menghormati, saling bertutur sapa antar masyarakat, dan tentunya budayakan hidup bergotong-royong.

2.2 Penanaman Budi Pekerti Yang baik

              Penanaman budi pekerti yang baik mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik dirumah maupun disekolah, kemudian berlanjut dalam kehidupan dimasyarakat.

·         Dirumah dan Keluarga
         Sejak masa kecil dalam bimbingan keluarga atau orang tua, mulai ditanamkan pengertian baik dan benar seperti etika, tradisi lewat dongeng, dolanan atau permainan anak-anak yang merupakan cerminan hidup bekerja sama dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan.

·         Peduli Lingkungan
         Pendidikan yang mengarah kepada peduli dan kasih terhadap lingkungan dan alam juga sudah ditanamkan mulai sejak usia dini. Anak-anak diberi pengertian untuk tidak bersikap sewenang-wenang kepada binatang dan tanaman dan juga menjaga kebersihan alam, tidak merusak alam. Anak kecil yang dirumahnya memiliki binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung, selalu diberitahu oleh orang tuanya untuk merawatnya dengan baik, memberi makan yang teratur, dijaga kebersihannya, kandangnya juga bersih, dan tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang dan justru harus dilindungi dan dikasihi. Tanaman dan pepohonan juga harus dirawat dengan baik, disiram setiap sore, kadang-kadang diberi pupuk, dijaga supaya tumbuh subur, dan supaya sehat dan cantik penampilannya, sehingga enak dipandang.

          Tanaman yang dirawat akan membalas kebaikan kita, seperti daunnya, bunganya, buahnya, batangny, akarnya, yang bisa memberi faedah yang sangat berguna. Bumi tempat kita berpijak, juga harus dilindungi, diurus yang baik, jangan asal saja menggali-gali tanah, kalau memang tidak ada tujuan yang bermanfaat. Sumber air juga harus dijaga, tidak boleh dikotori. Prinsipnya, kita harus sadar dan sebaik-baiknya merawat, menggunakan dan mensyukuri semua pemberian alam dan sang pencipta.

·         Pendidikan Formal
          Pendidikan formal tentu saja mempunyai peran penting supaya anak didik cerdas dan memiliki budi pekerti yang baik. Sejak ditaman bermain, anak-anak diperkenankan dan dibiasakan bersosialisasi, ditanamkan etika, sopan santun, cinta kebersihan, mempunyai rasa kebersamaan, ditanamkan rasa solidaritas dan kasih sayang demi keselarasan, keseimbangan, dan perdamaian.

           Tentu juga diajarkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam tradisi dan adat istiadat. Dimasa penjajahan dulu, sekolah-sekolah pribumi seperti taman siswa, menanamkan pendidikan yang penuh dengan semangat juang dan nasionalisme, persatuan dan kesatuan dalam melawan penjajah.

·         Etika Pergaulan
          Sebagai bangsa yang berbudaya, sebaiknya semua pihak menampilkan sikap yang santun dalam pergaulan, membuat orang lain senang, dihargai, orang itu senang apabila dihargai, disapa dengan tutur kata yang baik. Orang yang berperilaku baik, berbahasa yang baik, berbudi baik, selain dihargai orang lain, secara pribadi juga untung, yaitu akan mengalami peningkatan taraf kejiwaannya, dan mengalami kemajuan batiniah.

·         Dalam Kehidupan Masyarakat
            Dalam masyarakat dan sebagai makhluk sosial tentunya pasti ada aturan-aturan yang selalu dibuat untuk setiap orang, agar orang tersebut tidak sembarangan dalam bertindak, bertingkah laku, berpakaian, berbicara, dan bertegur sapa kepada sesama manusia lainnya.
        
            Budi pekerti yang baik harus kita tanamkan dalam masyarakat supaya norma-norma dan nilai-nilai baik yang terkandung didalamnya bisa bermanfaat dan bisa kita terapkan dalam masyarakat. Karena manusia yang memiliki budi pekerti yang baik, akan menjaga setiap perilakunya.

Berikut contoh sikap dalam budi pekerti yang dapat kita lakukan, diantaranya :


1.      Apabila bertemu dengan tetangga hendaknya menyapa.
2.      Apabila lewat disekelompok orang hendaknya menyapa atau permisi.
3.      Apabila berkendara hendaknya tidak kebut-kebutan atau mengeraskan bunyi gan kendaraan.
4.      Hendaknya melayat jika ada tetangga yang meninggal.
5.      Saling menghormati dan tidak membeda-bedakan.
6.      Membantu dan menjenguk tetangga yang sedang sakit.
7.      Hendaknya bermusyawarah ketika ada konflik.
8.      Dan selalu membudayakan bergotong-royong.

            Dengan berbagai contoh penanaman budi pekerti baik yang telah dibahas , dapat kita coba langkah demi langkah kita praktekkan dan diterapkan dilingkungan sekitar kita. Dengan demikian budi pekerti yang baik akan mulai berkembang dalam setiap individu maupun kelompok dan memberi contoh yang bermanfaat terhadap orang lain.
  
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Budi Pekerti terdiri dari budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Berbudi berarti mempunyai kebijaksanaan berkelakuan baik. Pekerti adalah perilaku, perangai, tabiat, watak, akhlak dan perbuatan. Budi pekerti ialah perilaku kehidupan sehari-hari dalam bergaul, berkomunikasi, maupun berinteraksi antar sesama manusia maupun dengan penciptanya. Budi pekerti yang kita miliki terdiri dari kebiasaan atau perangai, tabiat dan tingkah laku yang lahir disengaja tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan.

Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif. Dalam hal ini hal-hal yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai yang termasuk golongan afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi: perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran.

Pendidikan karakter dalam penanaman budi pekerti yang baik adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Dan bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberi keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehar-hari dengan sepenuh hati dan tentunya akan berdampak positif bagi masyarakat.

SARAN
           Penulisan makalah ini didasari jauh dari kesempurnaan, tiada gading yang tak retak. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangatb kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang kami susun.
Read More
Contoh Artikel Sederhana Tentang Teknologi

Contoh Artikel Sederhana Tentang Teknologi


TEKNOLOGI MASA KINI
              Teknologi merupakan sebuah produk ciptaan manusia yang dimanfaatkan dan digunakan oleh manusia sendiri untuk menjadikan hidup manusia lebih mudah, lebih maju, dan modern. Perkembangan waktu ke waktu teknologi semakin memperlihatkan kecanggihan dan kehebatannya yang bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk mendukung aktivitas sehari-hari.

              Dengan adanya kecanggihan teknologi yang semakin canggih manusia memanfaatkan untuk berbagai macam hal yang positif. Seperti halnya teknologi web, kehebatan teknologi web dapat dimanfaatkan untuk mencari berbagai sumber informasi secara online hanya dalam hitungan detik. Dengan teknologi web manusia bisa menfaatkan sebagai transaksi jual beli barang secara online. Tentunya kehadiran teknologi memberikan banyak kemudahan bagi manusia dalam melakukan berbagai macam aktivitas.

             Setiap individu dalam hal seperti ini sebenarnya dituntut untuk bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk hal – hal yang sifatnya membangun. Sebuah kesalahan dan kondisi yang sangat disayangkan apabila kecanggihan teknologi yang luar biasa ini tidak dimanfaatkan sebaik mungkin, namun dipersalah gunakan.


             Oleh karena itu teknologi pada masa kini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, karena pada dasarnya teknologi itu sendiri diciptakan manusia untuk mempermudah segala macam aktivitas atau pekerjaan manusia sendiri. 
Read More
Pengetahuan Dasar Bermain Drama ( ETIKA DAN ESTETIKA )

Pengetahuan Dasar Bermain Drama ( ETIKA DAN ESTETIKA )

Drama adalah kehidupan manusia di dalam pentas atau panggung. Tidak banyak berbeda antara kehidupan drama dengan kehidupan sebenarnya. Drama adalah simbol-simbol kehidupan dengan tataran yang lebih kecil daripada kehidupan di panggung jagad raya.

Pengetahuan Dasar Bermain Drama ( ETIKA DAN ESTETIKA )


          Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Dengan melihat drama anda seolah melihat kejadian kehidupan dalam masyarakat, sehingga drama adalah potret kehidupan manusia, potret suka duka, potret pahit manis, hitam putih kehidupan ini. Apabila dalam kehidupan terdapat banyak norma, aturan, dan moral yang kemudian disebut etika, maka dalam dunia pentas akan menggambarkan semua etika tersebut dalam wujud estetika. Dengan kata lain drama adalah etika yang diestetikakan.

A.   Etika

          Dari segi etimologi, istilah etika berasal dari bahasa Latin ethicus, dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, tindakan yang dikatakan baik, apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan- pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan.   Oleh karena itu, orang sering memakai istilah filsafat etika, filsafat moral, atau filsafat susila. Etika tidak membahas keadaan manusia melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku benar sesuai dengan tuntutan masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai berikut :

a.     Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk mengenai hak dan kewajiban moral (akhlak).
b.     Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
c.      Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika juga disebut sebagai ilmu normatif, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

1)    Peranan Etika

          Dalam kegiatan kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan orang lain melalui berbagai bentuk, seperti hubungan bapak-ibu, atasan-bawahan, guru-murid, suami dan istri. Tidak ada suatu kegiatan yang dapat dilakukuan seseorang tanpa bantuan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Etika mengajarkan manusia untuk mengetahui dan menjalankan perilaku yang baik untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan agama.

          Dalam kehidupan sehari-hari pula, kita harus dapat menerapkan etika ke dalam berbagai bentuk kegiatan seperti bergaul, bertamu, menghadap atasan, berdagang, dan sebagainya. Orang yang memiliki etika bergaul maka yang bersangkutan akan memiliki banyak teman, relasi, sahabat karena orang tersebut mengetahui bagaimana bergaul yang baik dan tidak pernah menyakiti hati teman bergaulnya. Demikian juga dengan bertamu yang baik, tamu akan memperhatikan beberapa hal seperti waktu, sikap, keperluan, dan sebagainya.

          Etika juga akan sangat dipengaruhi oleh budaya-budaya tertentu seperti agama, daerah, status sosial, tingkat pendidikan, register, dan gender. Etika yang berkaitan dengan agama, orang akan bertingkah laku yang sesuai dengan ajaran agamanya, etika yang berkaitan dengan daerah, orang akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku di daerahnya, dalam hal ini Jawa merupakan sentral budaya yang penuh dengan etika. Demikian juga dengan etika yang berhubungan dengan tingkat pendidikan, seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi, sikap dan perilakunya harus mencerminkan pendidikannya.

2)    Perbedaan Etika dan Etiket
         
          Etika dan etiket dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sama, keduanya dipergunakan secara bergantian. Tetapi sebenarnya kedua istilah tersebut tidak sama apabila dilihat dari pelaksanaannya, etika mempunyai pengertian yang lebih luas dari istilah etiket. Etiket merupakan perwujudan dari etika, apabila etika merupakan norma yang baik untuk menjalani kehidupan, maka etiket merupakan wujud perilaku-perilaku manusia dalam kehidupan tersebut. Misalnya cara berpakaian, cara bertamu, cara menghadap atasan, dan sebagainya. Etiket lebih menitik beratkan pada tata aturan sikap dan perbuatan yang lebih bersifat jasmaniah atau lahiriah.


B. Estetika
         
          Estetika adalah keindahan, dalam konsep seni, estetika dapat diartikan sebagai kaidah seni yang indah. Kaidah seni sendiri memiliki beberapa kreteria seperti selaras, seimbang, utuh, dan mudah dipahami. Selaras yang dimaksud adalah adanya kesesuaian antar unsur sehingga menimbulkan suatu keindahan. Seimbang adalah bentuk penyajian yang tidak timpang dengan kenyataan atau faktanya. Utuh merupakan kesatuan dari berbagai ragam warna permasalahan kehidupan. Mudah dipahami yaitu dapat memberikan hubungan yang manusiawi bagi orang yang menikmati keindahan tersebut.

C. Etika dan Estetika dalam Bermain Drama
         
          Di atas sudah diuraikan bahwa drama adalah kehidupam manusia yang diproyeksikan dalam bentuk pementasan, sehingga drama merupakan potret kehidupan manusia, potret suka duka, potret pahit manis, potret hitam putih kehidupan di alam semesta. Semua permasalahan hidup di dunia dan perilaku manusia dalam kehidupan merupakan bahan baku sebuah naskah drama. Oleh karena itu ketika semua permasalahan hidup di dunia tercermin dalam etika dan semua perilaku manusia terwujud dalam etiket itu berarti pementasan drama di panggung merupakan proyeksi sebuah etika dengan berbagai etiketnya.

          Drama merupakan karya estetika, para pelaku drama diharapkan dapat menghasilkan karya pementasan yang indah, artinya lakon drama yang dipentaskan adalah etika permasalahan kehidupan di jagad raya ini, peran yang dilakonkan oleh setiap tokoh dalam drama merupakan estetika perilaku manusia di alam semesta ini.

Seorang pemain drama yang berperan menjadi seorang direktur perusahaan maka dia harus mengetahui etiket seorang direktur, apabila dia bisa memerankan dengan baik dan penuh dengan penghayatan, berarti dia bisa memberi keindahan pada penontonnya tentang karakter direktur, itulah yang kemudian disebut sebagai estetika seorang direktur. Demikian juga seseorang yang akan berperan menjadi orang gila, dia harus berestetika orang gila. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa drama merupakan etika yang diestetikakan.

Pertanyaan :

1.     Tanyakan kosakata-kosakata yang belum kamu ketahui maknanya!

2.     Sebutkan bagian-bagian dari artikel tersebut !

3.     Sebutkan ide utama pada masing-masing bagian !

4.     Jelaskan bagaimana etika yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam kehidupannya, baik dalam tugas maupun diluar tugas ?

Ungkapkan ulasan pendapatmu tentang topik dalam artikel tersebut !

Read More
Makalah Tentang Pendidikan Masa Depan

Makalah Tentang Pendidikan Masa Depan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
UUD 1945 mengamanatkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh Undang-Undang. Dari perwujudan amanat tersebut maka diberlakukannya Undang Undang no 20 tahun 2003, bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu memnjamin pemerataan kesempatan pedidikan , peningkatan serta revelansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
            
       Oleh maka dari itu pengelolan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik dalam menghadapi Pendidikan Nasional masa depan.  Salah satunya adalah dengan menerapkan kurikulum 2013 yang disusun dengan  pemikiran tantangan masa depan yaitu abad ke 21 yang ditandandai dengan abad ilmu pengetahuan.
            
     Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memahami Pendidikan Nasional masa depan,serat peranan faktor faktor globalisasi dan mengetahui tantangan dan permasalahan dalam penerapan kurikulum 2013.

1.2  RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana pendidikan masa depan ?
B. Bagaimana tantangan dan permasalahan dalam penerapan kurikulum 2013 ?

1.3  TUJUAN MASALAH
A. Untuk mengetahui pendidikan masa depan.
B. Untuk mengetahui tantangan dan permasalahan dalam penerapan kurikulum 2013.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENDIDIKAN MASA DEPAN
1. Pengertian Pendidikan Masa Depan
Menurut Undang undang no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 2  yang di maksud pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang Undang Dasar negara Republik indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai- nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.  Karena di setiap zaman atau masa, masyarakat akan mulai dinamis dan mulai menerima budaya dan pengaruh dari negara lain atau pengaruh eksternal.

Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga. Kegiatan di sekolah direncanakan dan dilaksanakan secara ketat dengan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar sekolah, meski memiliki rencana dan program yang jelas tetapi pelaksanaannya relatif longgar dengan berbagai pedoman yang relatif fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Pelaksanaan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang dirumuskan secara baku dan Tertulis.

Dengan mendasarkan pada konsep pendidikan tersebut di atas, maka sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan atau "enculturation", suatu proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu. Konsekuensi dari pernyataan ini, maka praktek pendidikan harus sesuai dengan budaya masyarakat akan menimbulkan penyimpangan yang dapat muncul dalam berbagai bentuk goncangan-goncangan kehidupan individu dan masyarakat.

Di Indonesia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Dewasa ini perkembangan kebudayaan sangat cepat serta meliputi seluruh aspek kehidupan. Percepatan itu terjadi karena pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perubahan yang cepat itu mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Perubahan tersebut antara lain
(1). Adanya Kecendrungan globalisasi,
(2). Perkembangan IPTEK yang semakin cepat,
(3). Perkembangan arus informasi  yang semakin padat dan cepat,
(4). Tuntutan pelayanan yang lebih profesional dalam segala kehidupan manusia.

Gejala itu sudah terlihat beberapa tahun belakangan ini dan akan terus meningkat di masa yang akan datang. Pemahaman kita terhadap karakteristik masyarakat masa depan ini sangatlah penting artinya sebagai dasar dalam penentuan kebijaksanaan dan upaya pendidikan yang akan dilaksanakan

Globalisasi berarti keseluruhan atau secara umum, sehingga bumi ini seakan-akan sebagai satu kesatuan tanpa batas administrasi negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antar bangsa di dunia. Gelombang globalisasi sedang menerpa seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia, menyusup ke dalam seluruh unsur kebudayaan dengan dampak yang berbeda- beda. Pengertian globalisasi bagi ilmuan sosial diartikan sebagai proses penyebaran rasa cipta dan karya suatu kebudayaan sehingga diterima dan diadopsi oleh kebudayaan lain di seluruh dunia.

Ø  Dalam proses globalisasi itu maka budaya yang kuat dan agresif akan mempengaruhi budaya yang lemah dan pasif.
Ø  Budaya yang kuat dan agresif adalah budaya yang bersifat progresif yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
·  Mempunyai cara berpikir yang rasional dan realistis
·  Mempunyai kebiasaan membaca yang tinggi
· Mempunyai kemampuan menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan  dengan cepat dan banyak.
·  Terbuka terhadap inovasi,bahkan selalu berusaha mencari hal-hal baru
·  Mempunyai pandangan hidup yang berdimensi local, nasional dan universal.
·  Mampu memprediksikan dan merencanakan masa depan.
·  Memanfaatkan teknologi yang senantiasa berkembang.

Menurut Emil Salim (dalam Tirtahardja, 2005) terdapat empat kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol. Bidang tersebut meliputi iptek, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan.

2. Faktor Pendukung Pengembangan Pendidikan Masa Depan
            Pendidikian merupakan penggerak utama (before to move) bagi pembangunan. Negara-negara sedang berkembang memandang pembangunan yang telah terjadi di dunia barat seakan-akan merupakan cermin bagi diri mereka. Pendidikan modern yang telah berhasil mengantarkan negara-negara maju (developped countries) dari kemiskinan dan keterbelakangan pada masa lampau sehingga mencapai tingkat seperti yang bisa disaksikan dewasa ini, sudah barang tentu akan berhasil pula mengantarkan negara-negara yang sedang berkembang mencapai tingkat pembangunan sebagaimana yang telah dicapai negara-negara maju.

A.  Empat pilar pendidikan :
1. learning to know(belajar untuk mengetahui), Guru seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.

2. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.

3. learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal.

4. learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses

3.  Ciri-ciri Pendidikan Masa Depan
a) Berfokus pada pemupukan potensi unggul setiap peserta didik.
b) Keseimbangan beragam kecerdasan (intelektual, emosional, sosial, spritual, kinestetis, dst.)
c) Mengajarkan life skills.
d) Sistem penilaiannya berbasis portofolio dari hasil karya siswa.
e) Pembelajaran berbasis kehidupan nyata dan praktik di lapangan.
f) Guru lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator agar peserta didik mengembangkan minatnya masing-masing.
g) Pembelajaran didasarkan pada kemampuan, cara/gaya belajar, dan perkembangan psikologis anak masing-masing.

   Untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dengan baik, maka dari itu pendidikan masa depan setidaknya memiliki ciri, sebagai berikut.
1) Peserta didik secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya.
2) Peserta didik secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuannya.
3) Penguasaan materi dan juga mengembangkan karakter peserta didik (life-long learning).
4) Penggunaan multimedia.
5) Guru sebagai fasilitator, evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik.
6) Terpadu dan berkesinambungan.
7) Menekankan pada pengembangan pengethuan. Kesalahan menunjukkan proses belajar dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar.
8) Iklim yang tercipta lebih bersifat kolaboratif, suportif, dan kooperatif.
9) Peserta didik dan guru belajar bersama dalam mengembangkan, konsep, dan keterampilan.
10) Penekanan pada pencapaian target kompetensi dan keterampilan.
11) Pemanfaatan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar.

     Untuk memantapkan ciri pendidikan masa depan yang diuraikan sebelumnya, maka dengan demikian pendidikan masa depan harus mengarahkan pembelajarannya terfokus pada beberapa keterampilan yang harus ditanamkan pada pelajar. Keterampilan tersebut, antara lain :
1. Keterampilan Penelitian
2. Keterampilan Komunikasi
3. Keterampilan Berpikir
4. Keterampilan Sosial
5. Keterampilan Mengatur diri sendiri
6. Keterampilan Hidup

4. Strategi Pengembangan Pendidikan Masa Depan
           Untuk membekali terjadinya pergeseran orientasi pendidikan di era global dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, diperlukan strategi pengembangan  pendidikan, antara lain:
a. Mengedepankan model perencanaan pendidikan (partisipatif) yang berdasarkan pada need assessment dan karakteristik masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pendidikan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.
b. Peran pemerintah bukan sebagai penggerak, penentu dan penguasa dalam pendidikan, namun pemerintah hendaknya berperan sebagai katalisator, fasilitator dan pemberdaya masyarakat.
c. Penguatan fokus pendidikan, yaitu fokus pendidikan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, kebutuhan stakeholders, kebutuhan pasar dan tuntutan teman saing.
d. Pemanfaatan sumber luar (out sourcing), memanfaatkan berbagai potensi sumber daya (belajar) yang ada, lembaga-lembaga pendidikan yang ada, pranata-pranata kemasyarakatan, perusahaan/industri, dan lembaga lain yang sangat peduli pada pendidikan.
e. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah mapun non pemerintah, bahkan baik dari lembaga di dalam negeri maupun dari luar negeri.
f. Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup.
g. Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan baik jalur pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya (misal; penggunaan internet, multi media  pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb)

2.2  TANTANGAN DAN PERMASALAHAN KURIKULUM 2013
    Pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Tekanan pokok dalam kurikulum baru ini adalah model pembelajaran tematik dan penguatan pada pembangunan karakter. Pendidikan tematik dan karakter ini akan banyak difokuskan pada pendidikan dasar (SD). Kurikulum berbasis kompetensi yang tergambar dalam tantangan zaman di saat ini merupakan sebuah fakta bahwa pendidikan di Indonesia mengharuskan terjadinya perubahan bukan penyesuian karena dengan kelemahan metodologi pembelajaran di sekolah dan interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kini tidak lagi membuat siswa menjadi kreatif dan inovatif dalam perkembangan daya berfikir sehingga mempengaruhi hasil bahkan nilai ujian yang tergambarkan secara integratif dengan perkembangan siswa saat ini yang tak mencerminkan nilai dari tujuan pendidikan. Keterampilan yang menjadi pegangan sebagai kualifikasi kemampuan lulusan akan tetapi problema pendidikan bangunan setiap tingkatan tidak semestinya dilihat dari aspek keterampilan dimana mentalitas yang selalu hadir di dunia pendidikan adalah kekerasan, tawuran bahkan kenakalan remaja yang diakibatkan oleh perkembangan daya berpikir kreatif, inovatif dan kritis yang tidak tertanam dalam siswa yang memunculkan kreatifitas. Tentu SD dan SMP adalah pintu awal untuk pembentukan manusia secara mental, pengetahuan dan karakter bangsa yang saat ini krisisnya luar biasa bahkan terhadap pengetahuan tentang bangsanya mulai pudar yang ini menjadi fenomena yang serius harus disikapi. Integrasi mata pelajaran dan pendidikan karakter yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 sebenarnya bukan hal yang baru. Pengintegrasian beberapa mata pelajaran telah dilaksanakan meskipun tidak tersusun secara sistematis dan terarah. Pendidikan karakter bukan wacana baru dalam sistem pendidikan, karena esensi pendidikan salah satunya adalah untuk membentuk karakter bangsa. Meskipun demikian, pembelajaran tematik dan karakter ini lebih sering berhenti dalam tataran konsep saja, sementara pada tataran prakteknya berbanding terbalik.

a) Permasalahan kurikulum 2013
Mendikbud Anies Baswedan sudah menentukan nasib kurikulum 2013, yaitu dengan penerapan secara terbatas. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan catatan dan evaluasi tentang pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut. Berikut permasalahan kurikulum 2013, seperti dilansir laman Kemendikbud, Kamis (11/12/2014).
1. Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
2. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.
3. Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah di bulan Juli 2014, sementara instruksi untuk melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014, yaitu enam hari sebelum pelantikan presiden baru (Peraturan Menteri no 159).Penjelasan poin ini adalah, Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri nomor 159 Tahun 2014 itu menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk mendapatkan informasi mengenai: Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain Kurikulum; Kesesuaian antara Desain Kurikulum dan Dokumen Kurikulum; Kesesuaian antara Dokumen Kurikulum dan Implementasi Kurikulum; dan Kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan Dampak Kurikulum. Ke-nyataannya, Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum dievaluasi kesesuaian antara ide, desain, dokumen hingga dampak kurikulum.
4. Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku yang bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas.
5. Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak sek-sama sehingga menyebabkan ketidakselarasan.
6. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para guru.
7. Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga mem-bingungkan guru dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.
8. Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa di sekolah dan di luar sekolah.
9. Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pence-takan dan peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat keterlambatan atau ketiadaan buku.
10. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.
Daftar masalah ini menjadi salah satu pertimbangan Mendibud Anies Baswedan memberlakukan penerapan kurikulum 2013 terbatas pada sekolah yang telah memakainya selama tiga semester. Sedangkan sekolah yang baru menerapkan kurikulum 2013 selama satu semester diimbau kembali memakai KTSP.

b) Tantangan Kurikulum 2013
Tantangan Internal      :
· Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan.
· Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
 Untuk tantangan Eksternal adalah sebagai berikut:
1. Tantangan masa depan
·  Globalisasi
·  Kemajuan teknologi informasi. 
2. Kompetensi masa depan
·  Kemampuan berkomunikasi.
·  Kemampuan berpikir jernih dan kritis.
·  Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan.
·  Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab.
·  Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.
·  Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal.
·  Memiliki minat luas dalam kehidupan.
·  Memiliki kesiapan untuk bekerja.
·  Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya.
·  Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan.
3. Persepsi masyarakat
·  Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif
·  Beban siswa terlalu berat
·  Kurang bermuatan karakter
4. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi
·   Neurologi
·   Psikologi
·   Observation based [discovery] learning dan Collaborative Learning
5.  Fenomena negative yang mengemuka
·   Perkelahian pelajar
·   Narkoba
·    Korupsi
·    Plagiarisme
·    Kecurangan dalam Ujian (Nyontek)
·    Gejolak masyarakat (social unrest)



BAB III
PENUTUP

 3.1 KESIMPULAN
     Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga. Kegiatan di sekolah direncanakan dan dilaksanakan secara ketat dengan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar sekolah, meski memiliki rencana dan program yang jelas tetapi pelaksanaannya relatif longgar dengan berbagai pedoman yang relatif fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Pelaksanaan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang dirumuskan secara baku dan Tertulis. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan.

3.2 SARAN
.................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Freire, Paulo, 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo Dananjaya dkk. Jakarta: LP3ES
Mudyahardjo, redja, 2014. Pengantar pendidikan. Jakarta: RAJAWALI PERS
Suyanto, 2006. Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percanturan Dunia Global). Jakarta: PSAP Muhammadiyah
http://news.okezone.com/read/2014/12/11/65/1077829/10-masalah-utama-kurikulum-2013
Read More