Makalah Tentang Pendidikan Masa Depan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
UUD 1945 mengamanatkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh Undang-Undang. Dari perwujudan amanat tersebut maka diberlakukannya Undang Undang no 20 tahun 2003, bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu memnjamin pemerataan kesempatan pedidikan , peningkatan serta revelansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
            
       Oleh maka dari itu pengelolan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik dalam menghadapi Pendidikan Nasional masa depan.  Salah satunya adalah dengan menerapkan kurikulum 2013 yang disusun dengan  pemikiran tantangan masa depan yaitu abad ke 21 yang ditandandai dengan abad ilmu pengetahuan.
            
     Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memahami Pendidikan Nasional masa depan,serat peranan faktor faktor globalisasi dan mengetahui tantangan dan permasalahan dalam penerapan kurikulum 2013.

1.2  RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana pendidikan masa depan ?
B. Bagaimana tantangan dan permasalahan dalam penerapan kurikulum 2013 ?

1.3  TUJUAN MASALAH
A. Untuk mengetahui pendidikan masa depan.
B. Untuk mengetahui tantangan dan permasalahan dalam penerapan kurikulum 2013.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENDIDIKAN MASA DEPAN
1. Pengertian Pendidikan Masa Depan
Menurut Undang undang no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 2  yang di maksud pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang Undang Dasar negara Republik indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai- nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.  Karena di setiap zaman atau masa, masyarakat akan mulai dinamis dan mulai menerima budaya dan pengaruh dari negara lain atau pengaruh eksternal.

Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga. Kegiatan di sekolah direncanakan dan dilaksanakan secara ketat dengan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar sekolah, meski memiliki rencana dan program yang jelas tetapi pelaksanaannya relatif longgar dengan berbagai pedoman yang relatif fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Pelaksanaan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang dirumuskan secara baku dan Tertulis.

Dengan mendasarkan pada konsep pendidikan tersebut di atas, maka sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan atau "enculturation", suatu proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu. Konsekuensi dari pernyataan ini, maka praktek pendidikan harus sesuai dengan budaya masyarakat akan menimbulkan penyimpangan yang dapat muncul dalam berbagai bentuk goncangan-goncangan kehidupan individu dan masyarakat.

Di Indonesia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Dewasa ini perkembangan kebudayaan sangat cepat serta meliputi seluruh aspek kehidupan. Percepatan itu terjadi karena pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perubahan yang cepat itu mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Perubahan tersebut antara lain
(1). Adanya Kecendrungan globalisasi,
(2). Perkembangan IPTEK yang semakin cepat,
(3). Perkembangan arus informasi  yang semakin padat dan cepat,
(4). Tuntutan pelayanan yang lebih profesional dalam segala kehidupan manusia.

Gejala itu sudah terlihat beberapa tahun belakangan ini dan akan terus meningkat di masa yang akan datang. Pemahaman kita terhadap karakteristik masyarakat masa depan ini sangatlah penting artinya sebagai dasar dalam penentuan kebijaksanaan dan upaya pendidikan yang akan dilaksanakan

Globalisasi berarti keseluruhan atau secara umum, sehingga bumi ini seakan-akan sebagai satu kesatuan tanpa batas administrasi negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antar bangsa di dunia. Gelombang globalisasi sedang menerpa seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia, menyusup ke dalam seluruh unsur kebudayaan dengan dampak yang berbeda- beda. Pengertian globalisasi bagi ilmuan sosial diartikan sebagai proses penyebaran rasa cipta dan karya suatu kebudayaan sehingga diterima dan diadopsi oleh kebudayaan lain di seluruh dunia.

Ø  Dalam proses globalisasi itu maka budaya yang kuat dan agresif akan mempengaruhi budaya yang lemah dan pasif.
Ø  Budaya yang kuat dan agresif adalah budaya yang bersifat progresif yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
·  Mempunyai cara berpikir yang rasional dan realistis
·  Mempunyai kebiasaan membaca yang tinggi
· Mempunyai kemampuan menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan  dengan cepat dan banyak.
·  Terbuka terhadap inovasi,bahkan selalu berusaha mencari hal-hal baru
·  Mempunyai pandangan hidup yang berdimensi local, nasional dan universal.
·  Mampu memprediksikan dan merencanakan masa depan.
·  Memanfaatkan teknologi yang senantiasa berkembang.

Menurut Emil Salim (dalam Tirtahardja, 2005) terdapat empat kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol. Bidang tersebut meliputi iptek, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan.

2. Faktor Pendukung Pengembangan Pendidikan Masa Depan
            Pendidikian merupakan penggerak utama (before to move) bagi pembangunan. Negara-negara sedang berkembang memandang pembangunan yang telah terjadi di dunia barat seakan-akan merupakan cermin bagi diri mereka. Pendidikan modern yang telah berhasil mengantarkan negara-negara maju (developped countries) dari kemiskinan dan keterbelakangan pada masa lampau sehingga mencapai tingkat seperti yang bisa disaksikan dewasa ini, sudah barang tentu akan berhasil pula mengantarkan negara-negara yang sedang berkembang mencapai tingkat pembangunan sebagaimana yang telah dicapai negara-negara maju.

A.  Empat pilar pendidikan :
1. learning to know(belajar untuk mengetahui), Guru seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.

2. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.

3. learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal.

4. learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses

3.  Ciri-ciri Pendidikan Masa Depan
a) Berfokus pada pemupukan potensi unggul setiap peserta didik.
b) Keseimbangan beragam kecerdasan (intelektual, emosional, sosial, spritual, kinestetis, dst.)
c) Mengajarkan life skills.
d) Sistem penilaiannya berbasis portofolio dari hasil karya siswa.
e) Pembelajaran berbasis kehidupan nyata dan praktik di lapangan.
f) Guru lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator agar peserta didik mengembangkan minatnya masing-masing.
g) Pembelajaran didasarkan pada kemampuan, cara/gaya belajar, dan perkembangan psikologis anak masing-masing.

   Untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dengan baik, maka dari itu pendidikan masa depan setidaknya memiliki ciri, sebagai berikut.
1) Peserta didik secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya.
2) Peserta didik secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuannya.
3) Penguasaan materi dan juga mengembangkan karakter peserta didik (life-long learning).
4) Penggunaan multimedia.
5) Guru sebagai fasilitator, evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik.
6) Terpadu dan berkesinambungan.
7) Menekankan pada pengembangan pengethuan. Kesalahan menunjukkan proses belajar dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar.
8) Iklim yang tercipta lebih bersifat kolaboratif, suportif, dan kooperatif.
9) Peserta didik dan guru belajar bersama dalam mengembangkan, konsep, dan keterampilan.
10) Penekanan pada pencapaian target kompetensi dan keterampilan.
11) Pemanfaatan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar.

     Untuk memantapkan ciri pendidikan masa depan yang diuraikan sebelumnya, maka dengan demikian pendidikan masa depan harus mengarahkan pembelajarannya terfokus pada beberapa keterampilan yang harus ditanamkan pada pelajar. Keterampilan tersebut, antara lain :
1. Keterampilan Penelitian
2. Keterampilan Komunikasi
3. Keterampilan Berpikir
4. Keterampilan Sosial
5. Keterampilan Mengatur diri sendiri
6. Keterampilan Hidup

4. Strategi Pengembangan Pendidikan Masa Depan
           Untuk membekali terjadinya pergeseran orientasi pendidikan di era global dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, diperlukan strategi pengembangan  pendidikan, antara lain:
a. Mengedepankan model perencanaan pendidikan (partisipatif) yang berdasarkan pada need assessment dan karakteristik masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pendidikan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.
b. Peran pemerintah bukan sebagai penggerak, penentu dan penguasa dalam pendidikan, namun pemerintah hendaknya berperan sebagai katalisator, fasilitator dan pemberdaya masyarakat.
c. Penguatan fokus pendidikan, yaitu fokus pendidikan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, kebutuhan stakeholders, kebutuhan pasar dan tuntutan teman saing.
d. Pemanfaatan sumber luar (out sourcing), memanfaatkan berbagai potensi sumber daya (belajar) yang ada, lembaga-lembaga pendidikan yang ada, pranata-pranata kemasyarakatan, perusahaan/industri, dan lembaga lain yang sangat peduli pada pendidikan.
e. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah mapun non pemerintah, bahkan baik dari lembaga di dalam negeri maupun dari luar negeri.
f. Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup.
g. Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan baik jalur pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya (misal; penggunaan internet, multi media  pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb)

2.2  TANTANGAN DAN PERMASALAHAN KURIKULUM 2013
    Pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Tekanan pokok dalam kurikulum baru ini adalah model pembelajaran tematik dan penguatan pada pembangunan karakter. Pendidikan tematik dan karakter ini akan banyak difokuskan pada pendidikan dasar (SD). Kurikulum berbasis kompetensi yang tergambar dalam tantangan zaman di saat ini merupakan sebuah fakta bahwa pendidikan di Indonesia mengharuskan terjadinya perubahan bukan penyesuian karena dengan kelemahan metodologi pembelajaran di sekolah dan interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kini tidak lagi membuat siswa menjadi kreatif dan inovatif dalam perkembangan daya berfikir sehingga mempengaruhi hasil bahkan nilai ujian yang tergambarkan secara integratif dengan perkembangan siswa saat ini yang tak mencerminkan nilai dari tujuan pendidikan. Keterampilan yang menjadi pegangan sebagai kualifikasi kemampuan lulusan akan tetapi problema pendidikan bangunan setiap tingkatan tidak semestinya dilihat dari aspek keterampilan dimana mentalitas yang selalu hadir di dunia pendidikan adalah kekerasan, tawuran bahkan kenakalan remaja yang diakibatkan oleh perkembangan daya berpikir kreatif, inovatif dan kritis yang tidak tertanam dalam siswa yang memunculkan kreatifitas. Tentu SD dan SMP adalah pintu awal untuk pembentukan manusia secara mental, pengetahuan dan karakter bangsa yang saat ini krisisnya luar biasa bahkan terhadap pengetahuan tentang bangsanya mulai pudar yang ini menjadi fenomena yang serius harus disikapi. Integrasi mata pelajaran dan pendidikan karakter yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 sebenarnya bukan hal yang baru. Pengintegrasian beberapa mata pelajaran telah dilaksanakan meskipun tidak tersusun secara sistematis dan terarah. Pendidikan karakter bukan wacana baru dalam sistem pendidikan, karena esensi pendidikan salah satunya adalah untuk membentuk karakter bangsa. Meskipun demikian, pembelajaran tematik dan karakter ini lebih sering berhenti dalam tataran konsep saja, sementara pada tataran prakteknya berbanding terbalik.

a) Permasalahan kurikulum 2013
Mendikbud Anies Baswedan sudah menentukan nasib kurikulum 2013, yaitu dengan penerapan secara terbatas. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan catatan dan evaluasi tentang pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut. Berikut permasalahan kurikulum 2013, seperti dilansir laman Kemendikbud, Kamis (11/12/2014).
1. Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
2. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.
3. Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah di bulan Juli 2014, sementara instruksi untuk melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014, yaitu enam hari sebelum pelantikan presiden baru (Peraturan Menteri no 159).Penjelasan poin ini adalah, Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri nomor 159 Tahun 2014 itu menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk mendapatkan informasi mengenai: Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain Kurikulum; Kesesuaian antara Desain Kurikulum dan Dokumen Kurikulum; Kesesuaian antara Dokumen Kurikulum dan Implementasi Kurikulum; dan Kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan Dampak Kurikulum. Ke-nyataannya, Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum dievaluasi kesesuaian antara ide, desain, dokumen hingga dampak kurikulum.
4. Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku yang bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas.
5. Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak sek-sama sehingga menyebabkan ketidakselarasan.
6. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para guru.
7. Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga mem-bingungkan guru dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.
8. Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa di sekolah dan di luar sekolah.
9. Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pence-takan dan peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat keterlambatan atau ketiadaan buku.
10. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.
Daftar masalah ini menjadi salah satu pertimbangan Mendibud Anies Baswedan memberlakukan penerapan kurikulum 2013 terbatas pada sekolah yang telah memakainya selama tiga semester. Sedangkan sekolah yang baru menerapkan kurikulum 2013 selama satu semester diimbau kembali memakai KTSP.

b) Tantangan Kurikulum 2013
Tantangan Internal      :
· Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan.
· Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
 Untuk tantangan Eksternal adalah sebagai berikut:
1. Tantangan masa depan
·  Globalisasi
·  Kemajuan teknologi informasi. 
2. Kompetensi masa depan
·  Kemampuan berkomunikasi.
·  Kemampuan berpikir jernih dan kritis.
·  Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan.
·  Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab.
·  Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.
·  Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal.
·  Memiliki minat luas dalam kehidupan.
·  Memiliki kesiapan untuk bekerja.
·  Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya.
·  Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan.
3. Persepsi masyarakat
·  Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif
·  Beban siswa terlalu berat
·  Kurang bermuatan karakter
4. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi
·   Neurologi
·   Psikologi
·   Observation based [discovery] learning dan Collaborative Learning
5.  Fenomena negative yang mengemuka
·   Perkelahian pelajar
·   Narkoba
·    Korupsi
·    Plagiarisme
·    Kecurangan dalam Ujian (Nyontek)
·    Gejolak masyarakat (social unrest)



BAB III
PENUTUP

 3.1 KESIMPULAN
     Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga. Kegiatan di sekolah direncanakan dan dilaksanakan secara ketat dengan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar sekolah, meski memiliki rencana dan program yang jelas tetapi pelaksanaannya relatif longgar dengan berbagai pedoman yang relatif fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Pelaksanaan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang dirumuskan secara baku dan Tertulis. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan.

3.2 SARAN
.................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Freire, Paulo, 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo Dananjaya dkk. Jakarta: LP3ES
Mudyahardjo, redja, 2014. Pengantar pendidikan. Jakarta: RAJAWALI PERS
Suyanto, 2006. Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percanturan Dunia Global). Jakarta: PSAP Muhammadiyah
http://news.okezone.com/read/2014/12/11/65/1077829/10-masalah-utama-kurikulum-2013

Subscribe to receive free email updates: